Powered By Blogger

Sabtu, 26 April 2008

Cegah Penyakit Jantung dengan Mengonsumsi Kacang

Jakarta - Mitos makan kacang dapat menimbulkan jerawat, asam urat, dan batuk, tidak semuanya benar. Menurut Guru Besar Bidang Nutrisi dari Penn State University, Dr Penny Kris-Etherton, semakin kita sering mengonsumsi kacang, maka risiko terkena penyakit jantung koroner pun semakin berkurang.

Menurutnya, kandungan asam lemak tak jenuh yang ada dalam kacang-kacangan, khususnya kacang tanah terbukti sangat tinggi dan profil asam lemak dalam kacang tersebut merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan risiko penyakit jantung koroner. ”Mengkonsumsi satu ons kacang, lebih dari lima kali seminggu bisa menurunkan risiko penyakit jantung koroner 25 persen sampai 39 persen,” ujarnya.
Penelitian Penny ini didukung oleh penelitian dari Dr Frank Hu dari Havard School of Public Health. Dalam pertemuan American Heart Association di Dallas tahun 2000, Frank mengungkapkan ahsil penelitiannya terhadap 86 ribu wanita yang sering mengkonsumsi kacang, disimpulkan bahwa mengkonsumsi kacang-kacangan termasuk kacang tanah, mampu menjaga pemompaan aktivitas jantung dengan teratur.
Kacang-kacangan mengandung fitosterol, Beta-Sitosterol (SIT) yang terbukti dapat menghambat pertumbuhan kanker dan melindungi dari penyakit jantung. SIT juga menawarkan perlindungan dari colon, prostate dan kanker payudara. Kandungan SIT dalam 100 gram kacang adalah 165 mg. Fitosterol dalam jantung dapat menurunkan kadar kolesterol dan level Triglyserida dengan cara memblok absorbsi kolesterol dari makanan yang disirkulasikan dalam darah dan mengurangi reabsorbsi kolesterol dari hati, serta tetap menjaga HDL (High Density Lipoprotein) kolesterol. Lebih dari 80 persen lemak dalam minyak kacang adalah jenis yang tidak jenuh dan sehat bagi jantung serta bebas kolesterol.
Selain mengandung SIT, kacang-kacangan juga mengandung serat (fiber). Menurut Prof Dr Muhilal dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan, Bogor, tingginya kolesterol darah merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner. Serat dalam makanan terdiri dari serat yang larut dalam air dan yang tidak terlarut dalam air, namun keduanya dapat menurunkan kolesterol.
Muhilal menjelaskan penurunan kolesterol terjadi antara lain karena kolesterol terbawa ke dalam feses bersama serat dan proses biosintesis kolesterol dalam hati berkurang karena tingginya konsumsi serat. Idealnya, kita harus mengkonsumsi serat 25-30 gram per hari. Kacang tanah termasuk makanan yang mengandung serat. Satu sendok kecil kacang tanah mengandung 2 gram serat atau 8 persen dari serat yang dibutuhkan per hari.
”Masyarakat Indonesia rata-rata hanya mengkonsumsi serat 10,5 gram per hari, jauh di bawah yang dianggap dapat menurunkan risiko terkena penyakit jantung koroner yakni di atas 20 gram per hari. Lebih dari 90 persen penduduk Indonesia konsumsi seratnya kurang dari 20 gram per hari,” ujarnya. Menurutnya, sayuran, buah-buahan dan serealia merupakan sumber serat. Tapi sayangnya, serealia yang ada di pasaran sudah sangat rendah kandungan seratnya karena masyarakat lebih suka pada beras yang disosok.
Sementara itu Menteri Kesehatan Achmad Sujudi mengatakan sejak tahun 1955, penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di Indonesia. ”Perilaku hidup yang berisiko di kalangan masyarakat seperti merokok, pola makan yang tidak seimbang dan kurang melakukan aktivitas fisik merupakan penyebab terjadinya penyakit jantung koroner. Data dari WHO menunjukkan setiap tahun tidak kurang dari 12 juta orang meninggal dunia akibat serangan jantung.
Dalam penandatanganan naskah kerja sama antara Yayasan Jantung Indonesia dengan Garudafood Group, Sabtu lalu, Menkes mengatakan, kematian akibat dari penyakit tidak menular seperti jantung, stroke, diabetes dan sebagainya memberikan kontribusi yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan kematian akibat penyakit menular. Pada tahun 2000 ada sekitar 55 juta orang meninggal karena serangan jantung, stroke, kanker dan diabetes.
”Kematian akibat penyakit tidak menular hampir 60 persen dari kematian di dunia. Tujuh puluh sembilan persen kematian akibat penyakit tidak menular terjadi di negara-negara berkembang. Penyakit tidak menular tersebut dapat dicegah dengan pola makan yang seimbang, berhenti merokok dan olahraga secara teratur,” ujarnya.

Tidak ada komentar: