Kasus mati mendadak sering kita dengar dalam hidup keseharian kita. Apa sesungguhnya di balik kematian mendadak itu? Apakah betul tidak hujan tidak ada angin sekonyong-konyong orang bisa mati ?
Bisa !
Di luar kasus penganiayaan berat, orang bisa sekonyong-konyong mati mendadak kendati sebelumnya tampak sehat-sehat saja. Namun, makna sehat di sini belum tentu berarti betul secara medis terbilang sehat.
Mungkin kelihatannya saja sehat, tapi sesungguhnya mengidap penyakit yang tak dirasakan atau tidak pula menunjukkan gejala maupun tanda-tanda. Penyakit jantung khususnya. Mengapa?
Pertama, karena penyakit jantung penyebab paling sering berujung kematian mendadak. Tidak semua orang terbiasa memeriksakan diri, paling kurang untuk check up. Perlahan tapi pasti, tanpa disadari, proses penyakit jantung yang mungkin sudah lama diidap terus saja berkembang.
Gangguan Jantung
Adapun penyakit jantung meliputi kasus-kasus (1) koroner, (2) pembengkakan jantung (akibat darah tinggi lama), (3) kelainan jantung bawaan (kebocoran jantung), dan bisa juga akibat serangan (4) infeksi jantung baik yang baru didapat maupun yang dulu (sehingga merusak otot
jantung, katup, atau pembuluh darahnya).
Apa pun jenis kasus penyakit jantungnya, ujungnya bisa berisiko kematian mendadak.
Kedua, tidak semua kasus penyakit jantung sudah memperlihatkan gejala atau menimbulkan keluhan pada awalnya. Tergantung jenis penyakit jantungnya, seberapa parah derajat penyakitnya, dan hal-hal lain apa saja yang memperberat penyakit jantungnya, sehingga pada suatu saat, sekadar sekali sontekan kecil saja mendadak penyakitnya sudah langsung berat, lalu mematikan.
Pengidap diabetes lama yang sudah berkomplikasi ke koroner jantung, sering tak merasakan keluhan nyeri dada (angina pectoris), si gejala jantung koroner paling khas. Itu sebab angka kematian mendadak karena serangan jantung lebih banyak dialami pengidap diabetes lama yang tak pernah memeriksakan kondisi jantungnya.
Itu alasan dalam ramalan medis tak mustahil kalau orang yang kelihatan sehat bisa saja mati mendadak. Namun, tentu tidak semua kasus serangan jantung yang berisiko merenggut nyawa pasti berakhir dengan kematian. Sekiranya saja ada kemudahan mendapatkan pertolongan pertama dan pasien tidak sedang berada seorang diri, ancaman kematian oleh serangan jantung mestinya bisa digagalkan.
Kalau saja tersedia pertolongan gawat darurat di tempat kejadian atau lekas-lekas mendapat pertolongan dalam hitungan golden hour (hitungan jam) dengan ?resusitasi jantung-paru-paru? (CPR, Cardiopulmonary resuscitation), keadaan jantung mendadak berhenti berdenyut atau cardiac arrest, bisa dibuat batal merenggut nyawa.
Penyebab Gangguan
Jantung dapat terganggu fungsinya oleh sejumlah penyebab. Paling sering penyebabnya adalah sumbatan koroner.
Kita tahu penyakit jantung koroner urusan puluhan tahun. Jika lemak darah (kolesterol, trigliserida) dibiarkan tinggi untuk waktu lama, lambat laun akan terbentuk ?karat lemak? pada dinding koroner, selain pada pembuluh darah mata, ginjal, dan otak.
?Karat lemak? pada pembuluh darah orang modern sudah mulai terbentuk sejak usia remaja. Tanpa mengontrol lemak darah dengan obat dan diet, diperkirakan cuma perlu waktu sepuluhan tahun untuk menjadikan pipa pembuluh koroner menjadi tersumbat total.
Namun, jauh hari sebelum pembuluh koroner tersumbat total akibat kekurangan jatah makanan (aliran darah pemasok oksigen), jantung seharusnya sudah lama menjerit. Jeritan jantung ini yang muncul sebagai gejala nyeri dada spesifik. Nyeri seperti tertiban, tertindih, tertekan barang berat di atas dada. Nyerinya bersifat menjalar ke lengan, leher, pundak, dan punggung.
Awalnya nyeri hanya berlangsung beberapa detik. Namun, jika lemak darah tidak dikontrol, dan pola gaya hidup tetap berisiko memperburuk koroner, serangan gejala nyeri dada semakin hari semakin berlangsung lama. Nyeri dada yang semakin hari semakin lama mencerminkan sumbatan koroner sudah semakin menebal, dan sumbatan koroner sudah semakin menutup penampang pipa pembuluh, yang berarti pasokan oksigen buat otot jantung yang dilayaninya semakin tipis saja.
Proses penyumbatan ?karat lemak? bisa dihentikan bila lemak darah dan semua faktor risiko koroner ditiadakan. Sayangnya lebih banyak pengidap koroner yang abai, sehingga bukan jarang mati mendadak acap berlangsung di kamar hotel (kematian di atas pelana kuda) bersama pasangan seks yang bukan istri sendiri (sebab seks bukan dengan istri umumnya jauh lebih hot), atau saat tengah di meja makan (kelewat kenyang), atau di kamar mandi (mendadak paparan hawa dingin), atau di perjalanan (keletihan, stres, perubahan jadwal harian).
Meniadakan Faktor Risiko
Kita tidak mungkin bisa meramalkan kapan saatnya seseorang akan mengalami serangan koroner, kecuali hanya menduga saja bahwa akan datang harinya entah kapan kalau saja seseorang membiarkan hidupnya tetap di bawah ancaman berisiko koroner.
Antara lain membiarkan lemak darah tinggi, mengidap darah tinggi, kencing manis, perokok, gemuk. pola dan gaya hidup sedentary).
Yang sebetulnya dapat dilakukan oleh mereka yang berisiko koroner atau pengidap kelainan jantung lain, seberapa bisa meniadakan semua faktor risiko itu dan mengubahnya dengan pola dan gaya hidup yang berlawanan dengan kebiasaan sebelumnya, seperti dengan kembali makan teratur, tidur teratur, ada waktu jeda, kendurkan stres, cukup bergerak badan.
Yang perlu diperhatikan, pengidap jantung koroner berupaya membangun kebiasaan hidup teratur. Bagi pengidap jantung, setiap perubahan jadwal harian berisiko mengganggu kerja faali jantung yang sudah diset. Maka waspada kalau harus begadang, terlambat makan, tidak tidur siang, atau kelebihan beban kerja fisik, serta kebanjiran stres. Serangan jantung sering terjadi pada kondisi yang berubah dari kebiasaan sehari-hari seperti itu.
Jangan mandi dingin, terpapar hawa atau angin kencang sewaktu berjalan kaki, tidak mengedan kuat sewaktu buang air besar, makan kelewat kenyang, kurang waktu jeda, minum obat tidak sesuai jadwal atau dengan dosis memadai. Termasuk mewaspadai pola kegiatan seksual yang kelewat hot, serta menjauhkan olahraga statis (angkat beban, menggotong barang berat, misalnya).
Jangan abaikan pula keluhan perut jika tahu mengidap penyakit jantung karena gangguan perut bisa merupakan bagian dari gejala penyakit jantung juga. Jika pernapasan kurang lapang, mendadak sesak napas, mudah letih, dan tiba-tiba jantung berdebar tanpa sebab, bagian yang perlu mendapat perhatian mereka yang berisiko jantung koroner, atau sudah mengidap penyakit jantung lain sebelumnya (jantung bawaan, pembengkakan jantung, atau kelainan otot jantung oleh serangan koroner sebelumnya, atau kerusakan otot jantung oleh infeksi, efek samping obat, atau penyakit lain).
Ingat, ada jenis obat penurun lemak darah yang efek sampingnya merusak otot jantung (cardiomyopathia). Kerusakan otot jantung memperburuk penyakit jantung yang sudah ada.
Look for Ad
Minggu, 27 April 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar