Hari Jum’at tanggal 13 Desember 1997, di Wilton Park, Pangeran Wales (Charles) menjelaskan bagaimana umat Muslim mengkritik paham materialisme dan telah menuntun dirinya untuk menemukan kembali kesucian spriritualitas Islam dan memberi penjelasan mengenai kemunduran Dunia Barat.
“Saya memulai dari keyakinan bahwa peradaban Islam telah mencapai tingkat tertinggi…Mempunyai sebuah pesan yang penting untuk dunia barat dalam cara memandang yang telah membawa sebuah perpaduan dan pandangan yang utuh dari kesucian yang universal disekililing kita. Saya merasa bahwa kita di dunia barat dapat dibantu untuk menemukan kembali akar-akar dari pengertian yang kita miliki oleh sebuah penghargaan dari penghormatan yang tinggi kepada tradisi Islam untuk tradisi-tradisi yang tidak pernah pudar dari Yang Maha Kuasa (Allah).
Saya percaya proses itu dapat menolong dalam tugas untuk membawa dua keyakinan milik kita menjadi lebih dekat dalam kebersamaan. Ini juga dapat menolong kita di dunia barat untuk memikirkan kembali, dan untuk yang lebih baik, tugas-tugas kita sebagai umat manusia dan lingkungannya diberbagai bidang pekerjaan seperti dibidang kesehatan, lingkungan hidup dan pertanian, sebaik di bidang arsitektur dan perencanaan urban.
Paham materialisme modern membuat tidak seimbang dan menambah kerusakan dalam kosenkuwensi-kosenkuwensi jangka panjang. Belum lagi hampir agama-agama besar di dunia telah memegang sebuah pandangan yang utuh dari dunia yang suci. Pesan dalam agama Kristen, contohnya, kedalam hal mistik dan doktrin simbolik dari inkarnasi, secara tradisional telah menjadi sebuah pesan dari persatuan dan kesatuan dari berbagai pandangan jiwa dan persoalan dan manifestasi tuhan di dunia ini dan umatnya.
Tapi selama tiga abad terakhir, di dunia barat setidaknya ada sebuah pembagian yang telah terjadi dalam pandangan kita merasa dunia disekeliling kita. Ilmu Pengetahuan telah mencoba untuk mengambil sebuah monopoli/kekuasaan lengkap dengan sebuah kesombongan melebihi pemahaman kita. Agama dan ilmu pengetahuan telah menjadi terpisah, jadi sekarang, seperti yang dikatakan Woordsworth: Sedikit sekali kita melihat alam yang merupakan milik kita. Ilmu pengetahuan telah mencoba untuk mengambil alih alam dunia dari penciptanya. Telah membagi kosmos dan menurunkan hal yang suci menjadi sebuah keterpisahan dan ruang yang tidak begitu penting dari pemahaman kita, menceraiberaikan dari hal yang praktis, yang terus mencoba bertahan.
Kami sekarang baru saja memulai untuk mengukur hasil-hasil yang tidak memuaskan. Kami di dunia barat tampaknya telah kehilangan sebuah pemikiran yang tidak lengkap dari lingkungan kita, dan dari sebagaian besar diri kita dan tanggung jawab yang kita pegang terhadap seluruh kreasi. Ini telah menuntun ke sebuah kegagalan tanpa henti untuk menghargai dan memahami tradisi dan kebijaksanaan dari nenek moyang kita, (telah) terakumulasi berabad-abad. Sungguh, tradisi adalah secara nyata menentang kita jika beberapa kelompok masyarakat tidak memahaminya.
Dalam pandangan saya, sebuah pandangan holistik sangat dibutuhkan saat ini. Ilmu pengetahuan telah membuat tidak ternilainya pelayanan yang ditujukkan kepada kita sebuah dunia yang lebih kompleks daripada yang telah kita bayangkan.
Saya selalu telah merasa bahwa tradisi bukan dibuat oleh unsur umat manusia didalam berbagai kehidupan kita, tapi sebuah intuisi yang diberikan tuhan dari irama-irama kehidupan, dari harmoni yang mendasar dari penyatuan asas-asas yang berlawanan yang bertahan dalam aspek kehidupan...Oleh karena itu kenapa saya percaya manusia adalah lebih dari sekedar daripada hanya sebuah fenomena biologis yang meletakan pada apa yang sekarang kita lihat untuk mendefinisikan sebagai peletak dasar dari keseimbangan yang luar biasa lembaran hidup, termasuk salah satunya seni dan budaya dilihat makin bertambah sebagai pilihan hidup lebih dalam.
Pandangan ini cukup kontras, contohnya pandangan seniman muslim atau artis, yang tidak pernah memperhatikan dengan memperhatikan untuk kepentingannya, baik dengan kemajuan ke arah kecerdikan akalnya, tapi isinya untuk berserah diri sebagai seorang yang taat kepada Tuhan (Allah). Pandangan itu merefleksikan, saya percaya, jalan lintas dalam kitab suci Al Qur’an. Kemana anda melangkah ada wajah tuhan dan tuhan untuk orang yang beriman, yang selalu mencari. Saat menghormati bahwa hal-hal yang tidak perlu ini telah hancur, dan kehancuran akan berada di mana saja. Meskipun demikian saya percaya bahwa ketahanan dari nilai-nilai yang beradab, seperti kita telah mewarisi mereka dari para nenek moyang mereka, tergantung pada hubungan kelangsungan kehidupan dalam hati kita dari perasaan yang mendalam mengenai kesucian dan spritual.
Agama-agama tradisional, dengan pandangan yang menyatu mengenai dunia ini, dapat menolong kita untuk menemukan pentingnya integrasi dari keduniawan dan kesucian. Bahaya dari pengabaian aspek hal-hal yang perlu ini bukan hanya spiritual atau intelektual. Ini juga membohongi hati/perasaan dari perbedaan yang besar diantara Islam dan dunia-dunia barat diatas menempatkan mengenai paham materialis dalam kehidupan kita. Dalam hal itu semua umat Islam memilih untuk menolak paham materialis dunia barat, jika tidak, dalam pandangan saya, sebuah aksi-aksi bersifat politik atau kecemburuan yang nyata atau perasaan inferior. Sungguh bertentangan. Dan bahaya jurang pemisahan diantara dunia-dunia Islam dan agama-agama timur lainnya pada satu pencipta dan dunia barat pada hal yang lainnya akan tumbuh/berkembang lebih lebar dan meluas adalah kenyataan, hingga kita dapat menjelajahi bersama cara pandang sehari-hari dari penyatuan kesucian dan keduniawian dalam kedua budaya kita dalam pandangan untuk menyiapkan sebuah inspirasi yang benar untuk abad berikutnya.
Budaya Islam dalam bentuk ketradisionalannya telah berusaha untuk memelihara integrasi. Pandangan spiritual dunia dalam sebuah cara yang kita belum lihat dengan baik dalam generasi muda di dunia barat saat ini. Ada banyak yang kita pelajari dari pandangan dunia Islam dalam penghormatan ini.
Ada banyak cara ke arah pengertian dan penghormatan yang dapat dibangun. Mungkin, untuk mudahnya, kita dapat memulai dengan menyiapkan guru-guru muslim di sekolah-sekolah Inggris, atau dengan pertukaran-pertukaran para guru. Di setiap tempat di dunia masyarakat dunia ingin mempelajari bahasa Inggris. Tapi di dunia barat, dalam kesempatan, kami perlu dididik oleh guru-guru Muslim bagaimana belajar dengan hati kita, sebaik pemikiran kita, pendekatan millenium mungkin katalisator yang ideal untuk menolong penjelajahan dan menggairahkan hubungan-hubungan ini, dan saya berharap kami seharusnya tidak mengabaikan kesempatan ini memberikan kita untuk menemukan kembali tiang pondasi spiritualitas dari seluruh keberadaan kita (sebagai manusia).
Look for Ad
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar